Kamis, 11 Desember 2014

Aceh - Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)



NANGGROE ACEH DARUSSALAM



Aceh merupakan salah satu daerah di Nusantara yang masyarakatnya bersifat multietnis bercirikan Islam. Di daerah ini terdapat 8 sub etnis yaitu Aceh, Alas, Aneuk jame, Gayo, Kluet, Simeulu, Singkil, dan Tamiang. Kedelapan sub etnis tersebut mempunyai sejarah asal usul dan budaya yang sangat berbeda antar satu sub etnis dengan sub etnis lainnya sehingga memperkaya keragaman budaya di Aceh. Penduduk Aceh sering disebutkan merupakan keturunan berbagai kaum dan bangsa. Seperti halnya kata ACEH sering diidentikkan dengan kepanjangan dari Arab, China, Eropa, Hindia dimana memang secara fisik menunjukkan ciri-ciri orang Arab, India, Eropa dan Cina.
Aceh merupakan daerah istimewa di Indonesia yang terletak paling ujung utara Pulau Sumatra. Nama lengkap Aceh adalah Nanggroe Aceh Darussalam. Provinsi ini memiliki Luas wilayah 57.365,57 km2 (2,88% luas Indonesia) di posisi 2° – 6° Lintang Utara dan 95° – 98° Bujur Timur dengan puncak tertinggi pada 4.446 m diatas permukaan laut. Perbatasan sebelah Utara dengan Laut Andaman, sebelah Timur dengan Selat Melaka, sebelah Selatan dengan Provinsi Sumatra Utara, sebelah Barat dengan Samudera Hindia. Melingkupi: 119 Pulau, 35 gunung, 73 sungai, 21 kabupaten, 228 kecamatan, 111 kelurahan dan 5947 desa.
Aceh memiliki sumber daya alam yang penting yakni minyak dan gas. Diperkirakan cadangan gas di Aceh merupakan terbesar di dunia. Bagi kebanyakan orang Indonesia, Aceh dianggap sebagai wilayah konservatif agama Islam.

Sejarah


Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.
Orang-orang Aceh pertama diperkirakan masuk dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochim China dan Kamboja. Keturunan Eropa yang beragama Islam merupakan keturunan Portugis dapat dijumpai di Aceh Jaya. Suku Alas di Aceh Tenggara. Suku Tamiang di Aceh Tamiang. Suku Gayo di Aceh Tengah, sebagian di Aceh Timur, Bener Meriah dan Gayo Lues. Suku Aneuk Jamee di Aceh Selatan dan Aceh Barat Daya serta Kluet di Aceh Selatan dan orang Simeulue di Pulau Simeulu.
Pada awal abad ke-17 Aceh adalah Kesultanan yang paling kaya, berkuasa dan merupakan wilayah yang subur di Selat Malaka. Aceh memiliki sejarah dalam hal kemerdekaan politik dan perlawanan terhadap pihak luar, termasuk oleh Belanda dan pemerintah Indonesia.
Berada di Barat Laut Sumatra, menjadikan Aceh mudah berhubungan dengan dunia luar sejak abad ke-6 M. Catatan historis Cina saat itu mengatakan ada sebuah kerajaan di ujung utara Pulau Sumatra bernama Po-Li. Pada awal abad ke-9, beberapa tulisan Arab dan inskripsi yang ditemukan di India menyebutkan tentang Aceh. Tahun 1292, Marco Polo dalam pelayarannya dari Cina ke Persia mengunjungi Sumatra, mengabarkan bahwa di bagian utara Sumatra terdapat enam gerbang perdagangan termasuk Perlak, Samudera dan Lambri. Amat ironis bahwa wilayah-wilayah ini sekarang kurang dikenal di Indonesia.
Islam dikenaldi Aceh antara abad ke-7 dan ke-8 M dan kerajaan Islam pertama yaitu Perlak didirikan tahun 804 M. Lalu diikuti oleh Samudera Pasai tahun 1042, Tamiah tahun 1184, Aceh tahun 1205 dan Darussalam tahun 1511. Tahun 1511 Portugis menangkap para pedagang dan saudagar Malaka, Asia dan Arab agar mereka tidak dapat memasuki Selat Malaka, hal tersebut menjadikan Aceh kaya dan sejahtera. Aceh mendominasi perdagangan dan politik di bagian utara Sumatra dan mulai mencapai puncak kejayaannya antara tahun 1610 dan 1640.
Aceh perlahan mulai runtuh setelah wafatnya Sultan Iskandar Thani tahun 1641. Inggris dan Belanda mulai bersaing untuk menguasai Aceh. Pada tahun 1824 Perjanjian London ditandatangani yang isinya menyatakan bahwa Inggris memberikan kuasa penuh atas pemerintahan Aceh kepada Belanda sebagai tanda terima kasih karena Belanda menyerahkan kedudukannya di India dan menghapus seluruh klaim di Singapura. Usaha Belanda untuk menaklukan Aceh cukup keras dan berat. Perang Aceh yang berselang dari tahun 1873 sampai 1904 adalah upaya penguasaan Belanda terpanjang yang pernah dilakukan dan menelan korban jiwa dari pihak Belanda lebih dari 10.000 orang. Perang yang panjang ini telah meninggalkan luka mental yang mendalam bagi masyarakat Aceh.
Ketika era industrialisasi tiba, Aceh mulai lebih terbuka pada hal-hal baru. Meskipun begitu, wisatawan yang datang harus mengetahui bahwa orang Aceh menjalankan kegiatan keagamaan, perilaku sosial dan moralnya dengan serius.

Transportasi

Banda Aceh hanya 45 menit dari Medan dengan menggunakan pesawat. Jika Anda pergi dari Jakarta perjalanannya hanya sekitar 2,5 jam dari bandara Soekarno Hatta. Bandara Internasional lokal dapat ditempuh sekitar 30 menit dengan mobil. Peselancar dari seluruh dunia sering datang ke Lhok Nga selama musim dingin di negaranya. Cuaca setelah pukul 10.00 pagi cukup panas tapi jarang diatas 30ºC.
Banda Aceh adalah bandar terbesar yang dimiliki selain Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Wilayah hutan terdiri dari Hutan Tetap (3.282.000 ha), Hutan Produksi (188.000 ha), serta Hutan Lindung (26.440,81). Flora dan Fauna yang menjadi identitas daerah diantaranya, Flora: Bungong Jeumpa (michelia champaca), Fauna: Cicimpala Kuning (Copsychus Pyrropygus).
Kota Banda Aceh didirikan 22 April 1205 oleh Sultan Alaidin Johansyah. Banda Aceh  merupakan salah satu dari kota Islam tertua di Asia Tenggara. Telah dikenal sejak abad ke-17 sebagai kota metropolitan, kota perdagangan (ekonomi), pusat ilmu pengetahuan, pusat kegiatan politik, pusat pendidikan Islam, pusat kebudayaan Islam di Asia Tenggara. Kota di Banda Aceh dinamakan Kutaraja. Tanggal 26 Desember 2004, kota ini luluh lantah oleh tsunami yang menghancurkan sekitar 60% bangunan yang ada di kota ini. Banda Aceh disebut juga Tanah Rencong yang memiliki 9 Kabupaten, yaitu: Baiturahman, Kuta Alam, Meuraxa, Syiah Kuala, Lueng Bata, Ulee Kareng, Banda Raya, Jaya Baru, Kutaraja.

Masyarakat dan Budaya

Masyarakat Aceh terkenal sangat religius, memiliki budaya berlandaskan Islam. Semua orang, baik yang lahir di Aceh atau di luar Aceh, adalah beragama Islam. Dapat dipastikan bahwa tidak ada orang Aceh yang bukan muslim, meskipun tidak semua menjalankan syariat dengan secara ketat.
Islam yang datang ke Aceh telah berpadu dengan adat Aceh dan telah melahirkan identitas Aceh yang sangat khas sehingga kita mengenal istilah “Aceh Serambi Mekah”. Dari akulturasi ini terjadi proses harmonisasi yang menimbulkan kekuatan dan melekatnya identitas baru di Aceh.
Kehidupan budaya (adat) Aceh dengan Islam tidak dapat dipisahkan. Harmonisasi antara adat dan Islam ini berkembang dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sistem pemerintahan di Aceh mencerminkan kedua unsur ini. Dwi tunggal keuchik dan teungku sebagai pemimpin masyarakat desa adalah cerminan harmonisasi tersebut. Persoalan-persoalan hukum Islam dalam masyarakat diselesaikan dengan sistem musyawarah dan tumbuh menjadi adat dalam penyelesaian konflik di desa. Keuchik dan Teungku adalah orang yang dituakan di sampang/desa. Mereka melayani masyarakat dalam segala macam persoalan sengketa antar warga, bahkan termasuk pidana sebelum diteruskan ke pengadilan, diselesaikan terlebih dahulu di desa (kampung). Demikian pula permasalahan sengketa rumah tangga. Penyelesaian sengketa biasanya dilakukan di meunasah atau balai desa, melalui musyawarah. Bila upaya damai di desa gagal, barulah diteruskan ke pengadilan. Masyarakat Aceh memiliki suatu budaya yang mengutamakan penyelesaian sengketa apa saja melalui perdamaian.
Masyarakat Aceh sangat menghormati penegakan keadilan, baik dalam lingkungan keluarga, maupun penegakkan keadilan dalam penyelesaian perkara di pengadilan. Pelaksanaan syariah Islam di Aceh merupakan keinginan rakyat Aceh yang dilakukan dengan langkah-langkah strategis yaitu: dilakukan secara bertahap; tidak dengan kekerasan; melalui peningkatan kesadaran dan kecerdasan; dalam konteks hukum nasional Indonesia; menghadirkan rahmat dan peningkatan peradaban; meningkatkan kesejahteraan lahiriyah dan batiniyah; tanggung jawab bersama pemerintah daerah dan masyarakat; hanya berlaku untuk pemeluk agama Islam sementara non-muslim dapat menundukkan diri.

Kuliner

Anda dapat berwisata kuliner di Aceh karena daerah ini memiliki aneka jenis makanan yang khas. Antara lain timphan, gulai itik, kari kambing yang lezat, gulai pliek u dan meuseukat yang langka. Di samping itu emping melinjo asal kabupaten Pidie yang terkenal gurih, dodol sabang yang dibuat dengan aneka rasa, ketan durian (boh drien ngon bu leukat), serta bolu manis asal Peukan Bada. Berikut beberapa tempat yang wajib dikunjungi jika anda datang ke Aceh:

1.     Masjid Raya Baiturrahman




Masjid yang dibangun oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612 ini telah menjadi ikon Aceh. Bangunan utama masjid berwarna putih dengan kubah hitam besar dikelilingi oleh tujuh menara. Kesan megah semakin terasa dengan adanya kolam besar dan pancuran air di bagian depan masjid yang mengingatkan pada Taj Mahal di India.
Masjid ini menjadi tempat wisata religi di Aceh yang banyak dikunjungi karena keindahannya. Situs Huffington Post memasukkan Masjid Raya Baiturrahman ke dalam daftar 100 masjid terindah di dunia, bahkan Yahoo! menyebut masjid ini sebagai salah satu dari 10 masjid terindah di dunia. Hal ini tentu saja semakin membuat bangga warga Aceh dan Indonesia.
Jika ingin membeli suvenir, Anda bisa datang ke Pasar Aceh yang terletak di belakang masjid. Setelah puas berkeliling, Anda bisa berwisata kuliner karena ada banyak penjual makanan di pasar ini.

2.     Air Terjun Blang Kolam




Tempat wisata alam yang satu ini sayang untuk dilewatkan. Air Terjun Blang Kolam terletak di Desa Sidomulyo, Aceh Utara dan bisa ditempuh dalam waktu 30 menit dari Lhokseumawe.
Di sini, Anda bisa melihat air terjun kembar dengan tinggi 75 meter yang dikelilingi oleh pepohonan rindang. Di sekitar air terjun, ada banyak orang yang bermain air, berendam di kolam tampungan air terjun atau sekedar bersantai di tepiannya. Jika Anda ingin merasakan pengalaman yang berbeda, coba datang dengan membawa perlengakapan berkemah Anda. Di Air Terjun Blang Kolam ini, Anda bisa berkemah dan menikmati alam bebas dengan tarif 5.000 Rupiah per orang.
Tempat wisata di Aceh ini tak hanya menawarkan keindahan alamnya, namun juga menawarkan harga yang murah. Anda cukup membayar 2.500 Rupiah per orang untuk bisa masuk dan membuktikan keindahan Air Terjun Blang Kolam.

3.     Air Terjun Suhom




Air Terjun ini berada di Desa Suhom, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar. Untuk bisa mencapai tempat wisata ini, Anda harus melewati jalanan naik-turun dengan pemandangan pegunungan Paro dan Kulu. Di tengah perjalanan, jangan kaget saat melihat banyak monyet berkeliaran di jalan. Monyet-monyet ini biasanya meminta buah-buahan atau makanan ringan lain pada pengguna jalan yang lewat.
Air terjun setinggi 50 meter ini dibagi menjadi tiga tingkat, namun Anda tidak diperbolehkan naik menuju tingkat dua dan tiga demi alasan keselamatan karena adanya pembangkit listrik bertegangan tinggi.
Meskipun begitu, tempat wisata di Aceh ini tetap menyajikan pemandangan yang luar biasa. Anda bisa berenang di telaga sedalam dua meter di bawah air terjun atau menemani anak-anak bermain air di kolam renang anak. Tak ingin bermain air? Silakan bersantai di gazebo yang telah disediakan sambil menikmati makanan yang banyak dijual di sekitar lokasi air terjun.

4.     Pantai Lampuuk


Warga Aceh tak perlu merasa iri dengan Bali yang memiliki banyak pantai indah karena di Aceh juga terdapat banyak pantai dengan pemandangan menakjubkan. Salah satu tempat wisata pantai yang bisa diandalkan adalah Pantai Lampuuk. Pantai ini disebut juga sebagai Pantai Kuta di Aceh.
Pantai Lampuuk memiliki garis pantai sepanjang 5 km dari selatan ke utara dengan pasir putih lembut dan tebing karang di ujung pantai. Banyak kegiatan yang bisa Anda lakukan di pantai ini mulai dari berselancar, berjemur, berenang dan juga bermain banana boat.
Satu lagi kegiatan menarik yang bisa Anda lakukan di tempat wisata ini adalah melihat upaya pelestarian penyu. Anda bisa ikut melepas tukik ke laut lepas. Seru, ya? Liburan sekaligus menjaga kelestarian alam.
Jika belum puas menikmati Pantai Lampuuk dalam sehari, Anda bisa menginap di cottage yang ada di kawasan pantai. Selain bisa lebih lama menikmati keindahan pantai ini, Anda juga bisa memuaskan perut dengan aneka sajian ikan bakar di warung-warung sekitar pantai.
Pantai Lampuuk berada di Desa Meunasah Masjid, Lhoknga, Aceh Besar. Harga tiket masuk adalah 3.000 Rupiah.

5.     Pantai Lhoknga




Pantai Lhoknga berada tak jauh dari Pantai Lampuuk. Tempat wisata ini berjarak sekitar 20 km dari Banda Aceh. Di sini, Anda bisa bersantai di bawah pepohonan yang rindang atau bermain voli pantai di pasirnya yang luas dan landai.
Jika bersantai dan berjemur di tepian pantai masih kurang menyenangkan bagi Anda, cobalah berselancar di lautnya. Pantai Lhoknga memiliki ombak dengan ketinggian 1,5 – 2 meter yang cocok untuk olahraga ini.
Hari beranjak sore, jangan pulang dulu. Jangan lewatkan pemandangan matahari terbenam yang cantik di pantai ini. Tempat wisata di Aceh ini semakin ramai pada sore hari, banyak yang datang untuk melihat pemandangan matahari terbenamnya dengan duduk bersantai dan menikmati jagung bakar.

6.     Pantai Ulee Lheue



Tempat wisata yang satu ini hanya berjarak 3 km dari pusat kota Banda Aceh, tepatnya di Kecamatan Meuraxa.
Kegiatan yang paling populer di pantai ini adalah memancing. Jika Anda lupa membawa alat pancing, tidak usah khawatir karena ada yang menjualnya di sekitar pantai. Tak suka memancing? Anda juga bisa menyewa perahu nelayan untuk berlayar di lautnya atau duduk santai di tepian pantai menikmati jagung bakar. Dari pantai, Anda bisa melihat barisan pegunungan diseberang yang menambah keindahan Pantai Ulee Lheue.

7.     Pulau Rubiah



Pulau Rubiah ada di Sabang, tepatnya di sebelah barat laut Pulau Weh. Nama Rubiah sendiri diambil dari nama yang tertulis di sebuah nisan yang ada di pulau.
Tempat wisata di Aceh ini terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya. Sedikitnya 14 dari 15 biota laut yang dilindungi di Indonesia ada di sini. Siapkan alat menyelam dan snorkeling Anda dan silakan berenang bersama aneka ikan tropis dan bermain terumbu karang warna-warni. Jika lupa membawa alat snorkeling, Anda bisa menyewanya dengan harga 40.000 Rupiah saja dan bisa Anda gunakan seharian.

8.     Kuala Merisi




Kuala Merisi merupakan tempat yang tepat untuk menikmati pantai dengan suasana yang sepi dan tenang. Tempat wisata di Desa Ketapang, Kecamatan Krueng Sabee, ini memiliki garis pantai yang panjang dengan ombak kecil yang cocok untuk bermain air di tepian.
Silakan duduk santai di atas tikar Anda dan nikmati deburan ombak dan hembusan angin pantainya. Tak jarang tempat wisata di Aceh ini dijadikan lokasi berselancar karena ombaknya yang cocok untuk olahraga air ini.
Selain itu, pantai ini juga memiliki fasilitas pendukung lainnya seperti kamar mandi dan deretan warung makan.

9.     Museum Tsunami




Tsunami yang pernah menerjang Aceh pada tahun 2004 menyisakan duka bagi warga Aceh yang selamat. Untuk mengenang sekaligus menghormati korban meninggal, dibangunlah sebuah Museum Tsunami di Jalan Sultan Iskandar Muda di tahun 2009.
Di dalam museum, terdapat lorong panjang dengan suara gemuruh ombak dan kucuran air yang akan mengingatkan Anda pada bencana besar tersebut. Tempat wisata di Aceh ini banyak dikunjungi wisatawan yang ingin melihat apa saja yang tersisa dari gelombang tsunami. Banyak benda-benda sisa bencana yang dipajang seperti sepeda milik korban. Selain benda sisa tsunami, ada foto korban meninggal dan cerita kesaksian korban selamat juga alat simulasi elektronik gempa bumi.
Museum ini dibangun sebagai pusat pendidikan dan tempat perlindungan jika tsunami datang kembali. Museum buka setiap hari kecuali hari Jumat mulai 10:00 sampai 17:00.



10.  Pantan Terong




Pantan terong merupakan bukit yang biasa digunakan untuk melihat keindahan Aceh Tengah dari atas. Tempat wisata ini berada di ketinggian 1830 meter di atas permukaan laut. Jangan lupa membawa jaket dan baju hangat karena udaranya cukup dingin.
Dari Pantan Terong Anda bisa melihat Danau Laut Tawar yang meyerupai sebuah kuali raksasa. Di sini, Anda juga bisa menikmati pemandangan matahari terbit dan terbenam yang sangat cantik. Jadi, siapkan kamera dan abadikan momen ini.
Aceh yang sebelumnya pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) adalah provinsi paling barat di Indonesia. Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah.Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatera Utara di sebelah tenggara dan selatan. Di aceh sangat banyak daerah-daerah wisata yang harus anda kunjungi ketika anda datang ke aceh. nah ini adalah 10 urutan tempat wisata yang paling indah di aceh menurut Blogger Anak Aceh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar