BANGKA
BELITUNG
Pulau
Bangka Belitung adalah sebuah provinsi yang namanya diambil dari dua
kepulauan yaitu Bangka dan Belitung yang telah lama dikenal sebagai penghasil
timah terbesar di Indonesia dan memiliki pesona alam pantai yang mengagumkan. Selain dua pulau besar juga ada
pulau-pulau kecil seperti Pulau Lepar, Pulau Pongok, Pulau Mendanau dan Pulau
Selat Nasik, total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang
berpenghuni hanya 50 pulau.
Kepulauan
Bangka Belitung memiliki Iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang
mengalami bulan basah selama tujuh bulan sepanjang tahun dan bulan kering selama lima bulan terus-menerus.
Pulau
Bangka terletak di sebelah pesisir timur Sumatera bagian Selatan yaitu
1°20’-3°7 Lintang Selatan dan 105° - 107° Bujur Timur memanjang dari Barat Laut
ke Tenggara sepanjang kurang lebih 180 km. Pulau ini terdiri dari
rawa-rawa, daratan rendah, bukit-bukit dan puncak bukit terdapat hutan lebat,
sedangkan di daerah rawa terdapat hutan bakau. Rawa daratan pulau Bangka tidak
begitu berbeda dengan rawa di pulau Sumatera, sedangkan keistimewaan pantainya
dibandingkan dengan daerah lain adalah pantainya yang landai berpasir
putih dengan dihiasi hamparan batu granit. Bangka Belitung menawarkan Anda
wisata bahari seperti menyelam, snorkeling, memancing dan berlayar
Sejarah
Kata
Bangka berasal dari vangka yang berarti Timah, karena wilayah ini memang kaya
barang tambang timah. Setelah timah ditemukan di sini abad ke-17, membuat
Bangka mendapatkan kekayaan dan terkenal sebagai penghasil Timah terbesar di
Indonesia. Sekarang meski masih ditambang namun tidak sebanyak seperti
dahulu.
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera Selatan kemudian menjadi provinsi tersendiri
bersamaan dengan provinsi Banten dan Gorontalo pada tahun 2000. Ibukota provinsi ini adalah
Pangkalpinang.
Transportasi
Tersedia
penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta atau Anda dapat
mengunjungi Bangka Belitung dengan kapal laut dari Palembang.
Masyarakat dan Budaya
Dua puluh persen penduduk Bangka Belitung adalah keturunan Cina. Mayoritas warga keturunan Cina
di sini merupakan keturunan langsung dari buruh yang bekerja di tambang timah.
Kelenteng tertua berada di Batu Rusa, sebuah desa di sepanjang jalan dari
Pangkal Pinang ke Sungai Liat. Kelenteng yang didekorasi indah dapat ditemukan
dekat Tayu di sebelah Utara Pulau Bangka. Ada sekitar 55 kelenteng Cina-Budha di Bangka sendiri yang sampai
saat ini masih digunakan sebagai tempat ibadah.
Kuliner
Selama
Anda di sini cobalah wisata kuliner dengan mencicipi makanan gebung, sebutan lokal khas untuk ikan
ayam yang dagingnya yang lembut dan lezat. Karena jaraknya yang dekat dengan
laut, seafood menjadi makanan favorit di sini. Pengaruh
budaya Cina juga dapat Anda lihat dari makanan yang sebagian besar menggunakan bumbu-bumbu khas Cina. Tempat- tempat
wisata yag ada di Bangka Belitung:
1. Danau
Kolin
Hamparan
putih tanah kaolin yang ditambang akan membentuk cekungan-cekungan menganga.
Begitu kontras karena air berwarna biru cerah mengisi cekungan layaknya
langit sedang bercermin di Bumi.
Dini
hari saat Matahari baru menampakkan diri, danau ini sedang terlihat
cantik-cantiknya. Awan di langit perlahan memunculkan pendaran
warna jingga mengantarkan bulatan Sang Surya tepat di pelupuk mata Anda.
Belitung tidak
semata-mata tentang pantainya yang menawan, ada keistimewaan lain yang tak
kalah rupawan. Danau Kaolin, sebutan untuk tempat ini, tempat yang selalu diabadikan
para fotografer untuk menciptakan potret lansekap menarik dari warna
danau yang unik. Dari atas pesawat saat hendak mendarat,
danau ini pun sudah terlihat dari ketinggian. Anda akan mudah mengenalinya
karena warna danau sangat khas.
Danau
Kaolin terletak di Jalan Murai sekitar 10 km dari Bandara HAS Hananjoedin,
Tanjung Pandan. Kaolin ditambang untuk dijadikan kertas, keramik, porselin,
pasta gigi, kosmetik, logam, pupuk, hingga karet. Akan tetapi, aktivitas
penambangan di danau ini sudah tidak aktif lagi.
Sekilas
memang tampak seperti Kawah Putih Ciwidey di Jawa Barat tetapi danau ini tidak
bau belerang karena tidak terbentuk dari kawah yang masih aktif, airnya pun tidak panas dan aman
sehingga warga masih sering menggunakannya untuk mandi. Sebagian
dari mereka beranggapan bahwa mandi di dalam Danau Kaolin dapat membuat kulit
menjadi halus dan lembut.
Keadaan
sekeliling Danau Kaolin terus berubah dari waktu ke waktu. Wisatawan dahulu
bisa turun dan mendekati Danau Kaolin melalui tangga-tangga buatan. Akan tetapi, sekarang danau ini tidak
bisa dihampiri lagi oleh sembarang orang karena tangga itu sudah ditimbun pasir
oleh penambang. Meskipun demikian, danau masih bisa dinikmati dari kejauhan dan
tetap menghasilkan foto yang apik.
2. Pantai
Tenggiri
Pantai
Parai Tenggiri terletak di daerah Matras Sungailiat, sekitar 40 km dari Bandara
Depati Amir, Pangkalpinang. Desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka, Provinsi Bangka Belitung. Parai
Tenggiri merupakan pantai paling populer dan eksklusif di Bangka Belitung.
Pantainya cukup landai dan memiliki ombak yang lembut. Di pantai ini fasilitas
yang tersedia antara lain hotel, outbound serta permainan olah raga
air.
Pantainya sangat memungkinkan Anda berenang dan bermain air di sepanjang
bibir pantai dengan pasir berwarna putih dan air laut yang hijau.
Pantai
Parai adalah tempat yang ideal berwista dalam suasana santai yang menyuguhkan
panorama pantai desa nelayan.
Di Pantai Parai Tenggiri Anda dapat
melihat batu-batu granit yang besar beragam bentuk unik yang tidak dapat
dijumpai di daerah lain. Bebatuan karang inilah yang membuat pemandangan di
pantai ini menjadi lebih istimewa dan kerap kali mengundang decak kagum para pengunjung.
Dari
atas batu-batu karang, pengunjung dapat duduk santai untuk menikmati keindahan
Laut Cina Selatan yang teduh dan berombak kecil. Pada malam hari, pengunjung
dapat dengan leluasa menikmati suasana malam di pinggir pantai yang diwarnai
cahaya dari kapal-kapal yang tengah berlayar sambil tidak lupa menikmati ubi
goreng keju, pisang goreng keju, kolak labu merah, ataupun minuman hangat yang
bisa dibeli di restoran terdekat.
Selain
menikmati keindahan alam dan suasananya, pengunjung juga dapat melakukan
rekreasi bahari yang menarik. Bagi Anda yang hobi memancing di pantai maka
tersedia penyewaan perahu pancing lengkap dengan semua peralatannya. Mau yang
sedikit lebih menantang? Anda dapat saja melakukan
permainan banana boating ataupun parasailing atau dapat pula melakukan
diving menikmati kekayaan terumbu karang di kawasan pantai. Bagi Anda yang
ingin mencoba parasailing atau diving namun belum memiliki pengalaman
tidak perlu khawatir. Karena, pengelola pantai menyediakan instruktur
berpengalaman yang dapat memberikan petunjuk cara penggunaan dan pelatihan
terlebih dulu.
Saat
ini, kawasan Pantai Parai Tenggiri ditetapkan sebagai kawasan wisata hijau
dengan sebutan Parai Green Resort dengan kepedulian yang besar terhadap
usaha penyelamatan lingkungan dengan cara mengurangi penggunaan bahan-bahan
yang dapat mencemari pantai, seperti plastik, serta menanam
banyak pohon di lokasi wisata ini.
Sementara Pantai Matras amat indah dan
landai. Pantai ini terletak di desa Sinar Baru, Kecamatan Sungailiat, disebelah
Timur Laut Pulau Bangka dan berjarak sekitar 40 km dari Pangkalpinang atau 7 km
dari Kota Sungailiat.
Keistimewaan
pantai ini adalah pada pasir putihnya yang halus, nyiur yang melambai-lambai
dan aliran sungai alami. Keistimewaan lain, lokasinya yang nyaman dan tenang
akan memberikan keleluasaan bagi Anda untuk menyantap makanan sambil bersandar
di bebatuan alam dan menikmati keindahan
suasana pantai. Di kawasan Pantai Matras juga telah dibangun banyak tempat
peristirahatan berupa bungalow sederhana yang nyaman.
Hamparan pasir pantai
ini menyatu dengan bebatuan indah di sekitarnya seperti mutiara
yang terbentang di depan mata. Pantai Matras terdiri dari pasir putih yang
halus dengan panjang sekitar 3 km, dengan lebar 20 sampai 30 meter, pantai yang
dilatar-belakangi oleh pepohonan kelapa ini menampilkan
pula laut yang bening dan pemandangan indah serta aliran sungai yang alami
sehingga acapkali disebut sebagai Pantai Surga.
3. Gunung
Menumbing
Gunung
Menumbing (355m) adalah gunung yang cukup tinggi di sekitar daerah Mentok
(Barat Laut Bangka) berdiri sebagai memorial sejarah bangsa Indonesia.
Penginapan yang dibagun di sini oleh Belanda tahun 1932 dahulu digunakan sebagai rumah mantan Presiden Indonesia
Soekarno dan Wakil Presiden Hatta selama ditahan dari bulan Februari sampai
Juli 1949.
4. Laskar
Pelangi
Di
lepas pantai timur Sumatera, diapit oleh Selat Gaspar dan Selat Karimata,
berdiri sebuah pulau menawan dihiasi pantai yang indah dan pemandangan
memesona, Pulau Belitung namanya. Ada pemandangan unik dihiasi pantai pasir
putih bak mutiara, air jernih yang segar, dan kokohnya formasi batu granit di
tepi air dangkal. Itu semua hanya sebagian saja dari pemandangan terbaik
pulau Laskar Pelangi.
Bersama
dengan Pulau Bangka di sebelahnya yang jauh lebih besar dan pulau-pulau kecil
lainnya, dahulu semua pulau ini berada di provinsi yang sama yaitu Provinsi
Sumatera Selatan. Akan tetapi, kemudian tahun 2000, kepulauan ini secara resmi dibentuk
menjadi provinsi baru ke-31 di Indonesia yang disebut Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.
Pulau
Belitung dibagi menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dengan Kota Tanjung Pandan sebagai ibu kotanya dan
Kabupaten Belitung Timur dengan ibu kota Manggar. Belitung
dahulu dikenal sebagai pulau pertambangan yang memproduksi timah,
pasir kuarsa, dan kaolin
Pada
September 2005, seorang penulis dari Belitung yaitu Andrea Hirata,
mempublikasikan novel berjudul “Laskar Pelangi”. Ia mengambil latar belakang
cerita Pulau Belitung dalam novel tersebut sehingga kemudian pulau ini mendapat pengakuan luas dan bahkan
sudah melanglang buana ke berbagai negara karena diterjemahkan kedalam bahasa
Inggris, Melayu, Cina, Vietnam dan Korea.
Tahun
2008, novel “Laskar Pelangi” dialihkan ke layar lebar dengan mengambil latar
pemandangan memesona Pulau Bangka Belitung sehingga menguakkan keindahannya di
mata dunia. Nama novel “Laskar Pelangi” kemudian secara resmi dijadikan sebagai
nama pelabuhan di pulau ini. Film Laskar Pelangi telah mengungkapkan
pesona keindahan Pulau Belitung yang telah lama diabaikan.
Meskipun
tidak sepopuler Bali
atau Lombok,
Pulau Belitung diberkati dengan beberapa pantai yang indah. Pasirnya lembut berwarna putih, bahkan pasir di pulau ini
lebih putih dari yang ada di pantai wisata di Bali.
Pemandangan
yang paling berbeda di Pantai Belitung adalah formasi batuan granit besar yang
menyebar di sepanjang perairan dangkal. Batu
granit raksasa tersebut diam membeku di tengah air berdampingan bersama
indahnya pemandangan sekitar yang memesona. Beberapa formasi batuan raksasa ini
bahkan membentuk terowongan pendek sehingga di bawahnya
menjadi taman bermain menarik di perairan yang tenang. Temukan salah satu
pemandangan pantai dengan pemandangan batu granit ini di Pantai Tanjung Tinggi
yang sekaligus menjadi latar film “Laskar Pelangi“.
Ada
juga pantai lainnya yang menawarkan pemandangan formasi batuan granit yang
megah dan suasana damai seperti Pantai Tanjung Kelayang Beach, Pantai Burung
Mandi, Pantai Tanjung Binga, Pantai Punai, dan Pantai Membalong.
Belitung juga
dikelilingi lebih dari 100 pulau kecil yang hampir semuanya dihiasi pasir putih
dan batu granit tetapi hanya beberapa pulau yang berpenghuni. Salah satu
pulaunya yaitu Pulau Lengkuas adalah tempat dimana
Anda bisa menemukan rumah kuno antik dan mercusuar abad ke-19 dan yang dibangun
oleh pemerintah Hindia Belanda. Pulau Burung, Pulau Babai, Pulau Pengadaran, Pulau Lutung, Pulau Kera, dan Pulau
Jenang adalah di antara beberapa pulau-pulau kecil yang menawarkan pemandangan
sangat indah.
Selain
pantai yang menakjubkan, Belitung juga membanggakan warisan masa lalunya. Di
Tanjung Pandan, Museum Belitung memiliki koleksi besar mengenai sejarah lengkap
pulau tersebut. Di bangun tahun 1963, museum ini diprakarsai seorang ahli
geologi Belgia, Dr. Oesberger, yang saat itu bekerja di industri pertambangan
Belitung.
Pada
awalnya, Museum Belitung hanyalah sebuah rumah yang menyimpan koleksi
eksplorasi pertambangan. Kemudian dibuatlah museum dan
koleksinya ditambah termasuk peralatan rumah tangga tradisional, tembikar,
senjata tradisional, dan banyak lainnya.
Ada
juga kuil Budha abad ke-18 yang indah terletak di Desa Burung Mandi, Kecamatan
Manggar. Vihara Dewi Kwan Im ini dibangun tahun 1747 dan masih berfungsi
sebagai tempat suci bagi umat Budha. Menawarkan
arsitektur Cina yang berbeda, kuil tersebut berdiri di puncak bukit yang indah
dan menawarkan pemandangan yang mengagumkan.
Entah
itu menelusuri jejak Laskar Pelangi atau sekedar menikmati pemandangan megahnya
formasi batu granit di pantai, Pulau Belitung pastinya menawarkan salah satu
pengalaman yang menarik.
5. Pangkalpinang
Terletak
di pantai timur Pulau Bangka, Pangkalpinang adalah kota terbesar di Pulau
Bangka sekaligus ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Selain perannya sebagai pusat pemerintahan, kegiatan ekonomi, dan perdagangan,
kota ini juga berfungsi sebagai jalur masuk bagi wisatawan yang ingin
menjelajahi pesona keindahan Bangka dan Belitung.
Ketika
Anda turun dari pesawat di Bandara Depati Amir, sebuah marka menyambut hangat
Anda bertuliskan "Selamat datang di Serumpun Sebalai Tanah". Kalimat
ini juga menjadi slogan Provinsi Bangka Belitung yang heterogen masyarakatnya.
Pangkal
atau Pengkal dalam bahasa Melayu berarti pusat atau awal, merujuk pada peran
kota ini sebagai pusat industri pertambangan timah. Kota pertambangan yang
dahulu kecil ini, sekarang berkembang menjadi pusat komersial pulau dan
pelabuhan yang menghubungkan pulau-pulau di sekitarnya. Sementara itu kata
'pinang' mengarah pada tempat ini yang ditumbuhi pohon palem.
Untuk
melacak sejarah industri pertambangan timah di Nusantara, Anda dapat berkunjung
ke Museum Timah Indonesia yang terletak Jalan Jenderal Achmad Yani No. 17 yang
merupakan jantung kota Pangkalpinang. Museum ini menyimpan beragam koleksi
besar benda-benda terkait tambang timah dan merupakan satu-satunya museum
pertambangan di Asia. Bangunannya sendiri termasuk bangunan bersejarah karena
pernah digunakan untuk Perundingan Roem-Royen.
Menutur
sejarah, Pangkalpinang sangat kental dengan pengaruh China yang sudah ada sejak
awal 1770. Ketika itu Sultan
Palembang Darussalam Mahmud Badaruddin II mendatangkan pekerja dari China untuk bekerja di tambang
timah. Selanjutnya, buruh China mulai berdatangan dari Siam, Malaka (sekarang
hari Malaysia), dan bagian Selatan China. Kebanyakan
dari mereka adalah dari Hakka (Khek) etnis dari Provinsi Guang Xi. Para buruh migran
tersebut kemudian berbaur dan menikah dengan penduduk setempat. Jadi, etnis
China dan Melayu asli merupakan mayoritas penduduk Pangkalpinang saat ini.
Dengan
akar budaya China yang kuat, di Pangkalpinang terdapat Kuil Kwan Tie Miaw
yang berdiri indah di Jalan Walikota Syarif Rachman. Awalnya kuil ini disebut
Kuil Kwan Tie Bo dan merupakan salah satu kuil tertua di Bangka Belitung yang
dibangun tahun 1841. Bersama dengan pasar Mambo dan Singapura Alley yang
terletak tidak jauh dari lokasi kuil, area tersebut merupakan Kampung China di
Pangkalpinang. Di sini sering digelar berbagai upacara tradisional
China seperti salah satunya adalah ritual Pot Ngin Bun yaitu untuk menolak bala
dan segala wabah penyakit yang mewabah.
Kota
Pangkalpinang menawarkan hamparan pantai yang indah, salah satunya adalah
Pantai Pasir Padi yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota Pangkalpinang.
Pantai ini juga merupakan tempat sempurna untuk menyaksikan matahari terbit
bersama pasir putih dan air laut biru yang jernih. Ketika air surut, Anda dapat berjalan ke Pulau Punan dan
bermain-main di perairannya yang tenang. Tidak terlalu jauh dari Pantai Pasir
Padi, sekitar 2,5 km, dapat Anda kunjungi pula Pantai Tanjung Bunga yang
merupakan pantai datar dihiasi serentetan formasi batuan besar.
6. Muntok
Siapa
bilang Bangka Belitung hanya menawarkan wisata pantainya yang cantik nan
eksotik? Selain wisata pantai dengan batuan granitnya yang spektakular itu,
Anda sebenarnya dapat juga menikmati suguhan wisata sejarah di kota tua Muntok. Kota Muntok adalah
ibu kota Kabupaten Bangka Barat dan secara administratif berada di sebelah
Barat Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Dahulu
Muntok atau disebut juga Mentok adalah kota pelabuhan yang penting. Melalui
kota inilah komoditas unggulan berupa lada putih
serta biji timah yang ditambang besar-besaran di Muntok dan sekitarnya diangkut
oleh kapal-kapal Pemerintah Hindia Belanda menuju Eropa.
Mengingat
pentingnya peran kota ini di masa kolonial, tak heran banyak ditemukan bangunan
tua sebagai saksi peninggalan Hindia Belanda yang masih kokoh berdiri. Selain
bangunan bernuansa kolonial, di kota tua ini juga terdapat bangunan kuno
bernuansa China dan Melayu. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut seolah
menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kota tua ini sekaligus menjadi
keunikannya. Berdasarkan sisa peninggalan bangunan sejarahnya, Muntok secara
umum dibagi menjadi 3 kawasan, yaitu: Kampung Melayu, Eropa, dan China.
Tidak
hanya itu, di Kota Muntok juga terdapat dua gedung tua yang terkenal perannya
dalam sejarah perjuangan bangsa, yaitu Pesanggrahan Menumbing dan Wisma
Ranggam. Kedua bangunan tersebut pernah menjadi tempat pengasingan Bung Karno
dan Bung Hatta saat dibuang Belanda tahun
1948-1949. Selain kedua tokoh tersebut, sejumlah tokoh penting lainnya juga
pernah menempati dua bangunan bersejarah itu.
Berwisata sejarah
di kota tua Muntok dijamin tidak akan membosankan. Terdapat begitu banyak
bangunan tua peninggalan sejarah yang dapat dikunjungi dengan beragam gaya
arsitektur. Selain menikmati keunikan bangunan, mengenal sejarah yang
disaksikan atau yang diwakili oleh bangunan-bangunan tersebut juga tak kalah
menariknya. Terlebih lagi, kota tua Muntok tidak hanya menyimpan bangunan tua
bergaya kolonial sebagaimana kota tua lainnya tetapi juga bangunan-bangunan tua
bergaya arsitektur khas Melayu dan China, serta suku asli yang mendiami Muntok.
Secara
umum, Kota Muntok dibagi dalam 3 cluster, yaitu: Kampung Melayu, Eropa dan
China. Kampung Melayu dibagi dalam 3 sub cluster, yaitu Kampung Tanjung
(disebelah Barat), Kampung Teluk Rubia (Timur) dan Kampung Ulu (Utara).
Pemukiman tertua dapat dilihat di Kampung Tanjung dimana masih terdapat rumah panggung
khas suku Melayu. Selain itu, bangunan tua lainnya yang ada di kawasan ini
adalah Masjid Jamik, Benteng Kute Seribu, Kompleks Makam Bangsawan Melayu, dan
Surau Tanjung.
Kampung
Eropa berada di pusat kota dan sebelah utara dari cluster Melayu. Disebut
sebagai kampung Eropa sebab dulunya di daerah ini berdiri perusahaan timah yang
dibangun oleh Belanda, yaitu Banka Tin Winning Bedrif. Seiring berjalannya
perusahaan tersebut, tentunya banyak didirikan bangunan-bangunan bergaya
Eropa (Belanda) sebagai bangunan pendukung maupun hunian karyawan timah. Kantor
Banka Tin Winning Bedrif yang dulunya merupakan kantor pusat perusahaan timah
adalah salah satu yang paling popular. Bangunan tua lainnya adalah kompleks rumah residen dengan
Taman Wilhemina-nya, perumahan karyawan timah Belanda, kantor pos, dan
Pesanggerahan Muntok.
Kampung
China. Sesuai namanya, di kawasan yang berada di bagian paling Barat ini memang
banyak ditemui bangunan-bangunan bergaya arsitektur China. Ciri arsitektur
China tidak hanya dapat dilihat pada vihara tetapi juga pada rumah-rumah
pemukiman, toko dan juga kios di pasar. Beberapa
bangunan tua yang membuat kawasan ini bernama Kampung China adalah Pelabuhan
Muntok, Petak 15, Bangunan Kuning, Rumah Mayor China, Pasar Lama,
kelenteng, rumah kapitan, eks Bioskop Samudera, eks pabrik limun, eks Sekolah
Dasar China/Chung Hua School, dan eks Hotel Sentrum.
Sebagaimana
telah disebutkan sebelumnya, ada dua bangunan bersejarah lain yang sangat
popular di Muntok, yaitu Wisma Ranggam dan Pesanggrahan Menumbing. Kedua
bangunan tersebut dinilai bersejarah sebab di sanalah tokoh proklamator
Indonesia pernah menetap saat hidup dalam pengasingan oleh Belanda pada
1948-1949.
Wisma
Ranggam atau Pesanggrahan Muntok adalah tempat pengasingan bagi Presiden Soekarno
dan tiga tokoh pejuang lain antara tahun 1948-1949. Tiga tokoh lainya adalah
Agus Salim, Ali Sastro Amidjojo dan M Roem. Bung Karno menempati kamar
berukuran 5,5x4 meter di bangunan tua hasil rancangan Y Lokalo tahun 1827.
Awalnya pesanggrahan ini dibangun oleh Bangka Tien Winning sebagai tempat
peristirahatan karyawan perusahaan timah milik Belanda tersebut. Wisma ini
bagaimana pun juga memiliki peran bagi sejarah perjuangan Indonesia karena ia
juga menjadi tempat pertemuan tokoh kemerdekaan.
Sejak
22 Desember 1948 hingga Juli 1949, Bung Hatta pun diasingkan oleh Belanda ke
Bangka. Bung Hatta kala itu ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing, jaraknya
sekira 10 km dari Muntok. Selain Bung Hatta, tokoh lain yang menempati bangunan
yang berada di Bukit Menumbing berketinggian 800 m dpl itu adalah AG
Pringgodidgo, Mr Assa'at, dan Komodor Suryadarma.
Untuk
mencapainya harus melintasi hutan perawan sejauh 5 km dengan kondisi jalan yang
sempit dan berkelok. Setibanya di sana, dapat dilihat
langsung kamar yang pernah di tempati Bung Hatta yang dibiarkan kosong hingga
kini serta sebuah mobil bersejarah Ford Deluxe 8 dengan plat nomor BN 10.
Pasca
renovasi, bangunan bersejarah ini kini lebih siap menerima kunjungan wisatawan.
Akses menuju puncak Bukit Menumbing pun sudah diaspal dan diperlebar demi kemudahan transportasi. Bahkan di
tempat ini dibuka penginapan (hotel) bernama Jati Menumbing.
Mercusuar
Tanjung Kelian yang dibangun tahun 1862 adalah peninggalan bersejarah yang lain
yang dapat dikunjungi. Berada tak jauh Pantai Tanjung Kelian, mercusuar ini
menjadi tempat yang menarik untuk melihat pemandangan pantai dan Kota Muntok
dari atas. Berjarak sekira 9 km dari pusat Kota
Muntok, mercusuar ini memiliki anak tangga batu melingkar berjumlah 117 buah.
Bangkai kapal sisa Perang Dunia II milik Belanda yang sudah ditarik ke garis
tepi pantai juga dapat dilihat di kawasan ini.
7. Pulau
Lengkuas
Tersebutlah
sebuah pulau yang selain terkemuka keindahannya juga memiliki mercusuar yang
berusia ratusan tahun. Adalah Pulau Lengkuas namanya; tempat
dimana keindahan hamparan laut biru jernih bertabur batuan granit nan eksotik.
Tempat ini kian memesona dan spektakuler apabila dipandangi dari mercusuar tua
tersebut.
Berada
di Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung,
pulau ini terbilang kecil dengan luas kurang dari 1 hektar. Meski kecil, keindahan pantai di Pulau
Lengkuas tak perlu diragukan lagi. Cukup beralasan apabila pulau yang dahulu
sepi pengunjung itu kini berhasil mengundang banyak wisatawan untuk sudi
menyempatkan mampir.
Nuansa
eksotis sebuah pantai berpasir putih yang menghadap birunya samudera dihiasi
batuan granit raksasa aneka bentuk. Keistimewaan lain pulau ini yang tak banyak
ditemukan di tempat lain adalah keberadaan mercusuar
peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1882. Hingga kini, mercusuar tersebut
masih berfungsi sebagai penuntun lalu lintas kapal laut yang lewat maupun
keluar masuk Pulau Belitung.
Wisatawan
diizinkan menaiki mercusuar dengan ketinggian kurang lebih 50 m ini. Mercusuar
yang memiliki belasan lantai ini memungkinkan wisatawan menikmati
keindahan alam sekitar pulau. Ini jelas imbalan setelah sedikit bersusah payah
meniti anak tangganya. Dari atas Anda dapat
menikmati kecantikan warna biru laut berpadu harmonis dengan keindahan
batuan granit berwarna putih pucat. Tidak hanya itu, pulau-pulau kecil berwarna
hijau yang nampak dari kejauhan adalah pemandangan
lain yang kian memanjakan mata. Keindahan tersebut dapat dinikmati dari segala
sisi (360 derajat).
Apabila
Anda tidak sanggup mencapai puncak maka jangan khawatir. Di setiap lantai
mercusuar terdapat jendela yang menghadap ke
berbagai arah sehingga pemandangan indah di bawah sana tetap dapat dinikmati
atau diabadikan dengan kamera.
Sebelum
menjadi salah satu tujuan wisata di Bangka Belitung, pulau ini hanya dihuni
oleh beberapa orang saja yang biasanya bertugas menjaga mercusuar. Pada 2008,
film "Laskar Pelangi" mengambil setting
di Bangka Belitung tetapi Pulau Lengkuas tidak menjadi bagiannya namun
tak luput dari perhatian hingga kini selalu dipadati pengunjung atau wisatawan.
8. Musium
timah
Wisata
sejarah dan edukasi, inilah yang bisa Anda dapatkan saat mengunjungi Museum
Timah di Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Museum Yang dulunya rumah dinas Hoofdt Administrateur Banka Tin Winning (BTW) tersebut beralamat di
Jalan Ahmad Yani No. 179, Pangkalpinang. Didirikan tahun 1958, Museum Timah
Indonesia adalah satu-satunya museum timah di Indonesia dan bahkan di
Asia dimana kini dikelola PT. Tambang Timah (Persero) Tbk.
Penambangan
timah sendiri berkembang pesat di Bangka sejak 1858 dimana banyak
ditemukannya benda-benda tradisional penambang zaman dahulu. Inilah yang
mengawali pembangunan Museum Timah dan yang tentu saja keberadaannya untuk
“mendokumentasikan” sejarah penambangan timah di Bangka Belitung yang sempat
sangat berjaya di masa silam dan sebagai sarana edukasi bagi masyarakat luas.
Meski
telah ada sejak tahun 50-an, Museum Timah baru diresmikan pada 2 Agustus 1997. Selain menyimpan catatan perjalanan
panjang sejarah pertimahan, gedung ini juga memiliki nilai sejarah yang penting
bagi kemerdekaan RI. Gedung tersebut pernah menjadi lokasi perundingan Komisi Tiga Negara sehingga lahirlah
Roem-Royen Statement pada 7 Mei 1949 yang berujung pada penyerahan kedaulatan
Republik Indonesia pada Desember 1949.
Bangka
dan timah memang tak terpisahkan. Nama Bangka sendiri berasal dari wangka yang
artinya timah. Bagaimana tidak, timah di pulau ini dulunya sangat melimpah dan
berharga tinggi. Seiring waktu bergulir, potensi timah yang terus-menerus
dieksploitasi dari zaman Kesultanan Palembang kemudian Hindia Belanda hingga
pasca kemerdekaan kian menipis. Kondisi ini pun diperparah dengan harga timah
yang jatuh. Kini, timah dan usaha penambangan timah hanyalah sejarah yang boleh
dikenang.
9. Desa
gedong
Kesederhanaan
adalah jalan terpendek menuju kecantikan”, begitu bunyi sebuah filosofi Yunani
Kuno. Sepertinya ungkapan tersebut cocok dilabelkan pada sebuah desa sederhana
namun menyimpan kecantikan tersendiri, Desa Gedong. Memang cantik adalah
sesuatu yang relatif tetapi bagi Anda yang menyukai kesederhanaan sebuah desa wisata yang jauh dari gemerlap kota
berikut mall dan gedung pencakar langitnya maka berkunjung ke Desa Gedong dapat
menjadi hiburan tersendiri.
Desa
sederhana dan tua ini tepatnya berada di Kelurahan Kuto Panji, Kecamatan
Belinyu, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Desa Gedong adalah perkampungan pecinaan tertua di Bangka
yang telah ada sejak abad ke-18. Kabarnya, penduduk penghuni desa ini adalah
keturunan dari China daratan (Tionghoa Hakka) yang
didatangkan ke Bangka oleh kolonial Belanda untuk dipekerjakan sebagai
penambang timah. Provinsi Guangdong disebut-sebut sebagai daerah asal mereka
sebab konon warga Guangdong memang terkenal sebagai penambang handal.
Desa
sederhana yang dinobatkan sebagai desa wisata tahun 2000 ini dihuni sekira 50
kepala keluarga atau 300 jiwa. Menempati lahan seluas 2,5 ha, memang suasana di
desa ini terkesan sepi, tenang, dan bahkan mungkin mengingatkan pada suasana
film-film lama berlatarkan desa pecinan.
Kesan
desa tua terekam jelas pada bangunan-bangunan rumah bergaya arsitektur China
yang nyata terlihat saat Anda melangkahkan kaki ke Desa Gedong. Sebelumnya,
sebuah tugu sederhana terbuat dari rangka besi akan menyambut
wisatawan sebelum menginjakkan kaki di dalam desa. Rumah-rumah antik yang masih
dihuni dan kokoh berdiri tersebut sebagian besar terbuat dari kayu, beratapkan
genting.
Uniknya
beberapa rumah nyaris belum mengalami perubahan berarti akibat renovasi. Bahkan
konstruksi beberapa rumah masih menggunakan pasak dan bukannya paku. Ada sekira
tujuh rumah yang masih mempertahankan keasliannya sejak pertama kali dibangun.
Diperkirakan usianya sudah lebih dari 100 tahun.
Berjarak
sekira dua jam perjalanan darat dari Kota Pangkalpinang, ibu kota Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung, Desa Gedong adalah sebuah desa yang belum terjamah
listrik. Penduduk menggunakan genset untuk memasok kebutuhan listrik mereka.
Hal ini dapat dikatakan ironis mengingat Belinyu adalah kawasan pembangkit
listrik terbesar di Asia Tenggara pada zaman kolonial. Di awal abad ke-18,
Belanda membangun PLTU Mantang di Belinyu untuk memenuhi kebutuhan listrik
dalam praktek penambangan timah. Meski begitu, kondisi minimnya listrik seolah
menambah keunikan kampung pecinan yang antik ini.
Desa
Gedong berjarak 14 km dari Kota Belinyu, 53 km dari Kota Sungailiat dan 90 km
di sebelah utara Kota Pangkalpinang,
ibu kota provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
10. Rambak
Dari
semua pantai yang ada di Pulau Bangka, adalah Sungailiat yang memiliki koleksi
pantai terbanyak dengan pemandangan yang mungkin saja belum tentu dimiliki
pantai lain di negeri ini. Salah satu pantai yang mesti dijelajahi
di Sungailiat itu ialah Pantai Rambak.
Berlokasi
tidak jauh dari pusat Kota Sungailiat, Pantai Rambak menawarkan hamparan pasir
putih yang lebar. Di beberapa sudut pantai, menjulang beberapa batuan raksasa
yang cocok dijadikan spot foto pagi hari. Sunrise begitu memesona di tempat ini
bila disaksikan dari tepi pantainya. Pantulan cahaya pagi di balik pantai
menghasilkan bentangan biru langit yang sempurna. Sebagai tampak depan batuan
besar dapat Anda tunjukkan sebagai bahan cerita saat pulang.
Di
tepi pantainya yang berumput dan pohon ketapang yang mulai rindang, berdirilah
belasan shelter untuk berteduh dan juga tempat berjualan makanan dan minuman.
Anda dapat duduk berteduh di bawahnya, walau dapat dipastikan debur
ombak yang bersahabat akan lebih menarik bagi pengunjung.
Tanjung
berbatu di tepi utara pun akan menarik perhatian, dan pastilah berdiri di atas
batuannya membuat Anda berpikir lagi, dan lagi, “Bagaimana batu-batu besar ini
bisa tiba di sini?” Bila berkunjung ke Sungailiat, singgahlah di Pantai
Rambak di pagi hari. Bila memungkinkan, datang sebelum Matahari muncul di ufuk
timur untuk menorehkan kenangan kunjungan Anda di Sungailiat.
11. Tanjung
kelayang
Imajinasi
Anda tentang Bumi Laskar Pelangi pasti selalu mengenai pantai dengan bebatuan
granit besar yang berdiri dipermukaan lautnya. Airnya jernih bergradasi biru
toscha memperlihatkan terumbukarangnya yang masih sehat. Beberapa destinasi
seperti Pulau Lengkuas, Batu Berlayar, Batu Garuda, dan Pulau Kepayang telah
menyuguhkan itu dan dapat dirangkum di dalam satu trip Anda.
Akan
tetapi sebelum menjelajah kepulau-pulau indah di Belitung menggunakan klotok,
Anda harus singgah terlebih dahulu di Pantai Tanjung Kelayang, pantai dimana
kapal-kapal ditambatkan menunggu datangnya wisatawan
untuk menyeberang kepulau lain. Saat pertama kali menapakkan kaki di sini,
bersiaplah dibuat terpukau dengan lansekap Pantai Tanjung Kelayang.
Pantainya
membentuk teluk indah yang dipagari pepohonan kelapa dan cemara. Pasirnya luas
dan ombaknya pun tidak ganas sehingga Anda harus menyempatkan diri
bermain-main di pantai ini sebelum menyebrang kepulau-pulau lain.
Perpres
Nomor 79 Tahun 2011 menuliskan bahwa Pelabuhan Tanjung Pandan Belitung
ditetapkan sebagai salah satu dari 18 Pelabuhan diseluruh Indonesia yang
diberikan kemudahan kepelabuhanan untuk proses keluar dan
masuknya kapal wisata. Setiap tahun tepatnya Oktober, Pantai Tanjung Kelayang
dijadikan titik labuh kapal yacht yang sedang berlayar dalam kegiatan Sail
Indonesia. Beragam event lain juga diselenggarakan di sini seperti lomba
menyelam, festival maritim, lomba layang-layang, turnamen voli pantai se-ASEAN,
dan masih banyak lagi lainnya.
Gagahnya
Batu Garuda terlihat jelas dari pesisir Tanjung Kelayang. Dinamakan demikian
karena bentuk bantu tersebut menyerupai kepala seekor
burung. Konon pemandangan ini pun memengaruhi nama Tanjung
Kelayang, dimana "kelayang" sendiri merupakan nama dari salah satu
jenis burung.
Hamparan
pasirnya begitu luas membentang 4 km hingga ke Tanjung Tinggi. Pemandangan sisi
barat sangat menarik memperlihatkan 3 pulau kecil yang spektakuler saat
Matahari terbenam. Tempat terbaik untuk menikmatinya adalah dari puncak
bebatuan granit yang terletak di ujung semenanjung. Ada juga yang memilih
menyaksikannya dari vila-vila yang terletak sekira 500 meter dari semenanjung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar